naraga.id – Mie instan sudah lama menjadi makanan favorit banyak orang. Rasanya gurih, mudah dibuat, dan harganya pun terjangkau. Namun di balik kepraktisannya, mie instan menyimpan berbagai risiko bagi kesehatan—terutama bila dikonsumsi terlalu sering dan disandingkan dengan makanan yang salah.
Satu bungkus mie instan rata-rata mengandung hingga 1.700 mg natrium, atau sekitar dua pertiga dari kebutuhan garam harian yang disarankan. Kandungan ini bisa berdampak buruk bila dikonsumsi secara terus-menerus.
Berikut beberapa risiko jangka panjang jika terlalu sering makan mie instan:
Mie instan diawetkan dengan bahan kimia seperti TBHQ (Tertiary Butylhydroquinone) yang bisa sulit dicerna tubuh. Bila terlalu sering masuk ke dalam sistem pencernaan, bahan ini bisa menumpuk dan menghambat penyerapan gizi. Akibatnya, tubuh bisa mengalami gangguan seperti mual, sembelit, atau perut kembung.
Mie instan mengandung garam dan lemak jenuh yang tinggi. Jika dikonsumsi rutin, hal ini bisa memicu sindrom metabolik—kondisi yang meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke. Risiko semakin meningkat jika gaya hidup juga kurang sehat, seperti jarang berolahraga dan banyak makan makanan manis atau olahan.
Terlalu banyak asupan natrium akan membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring cairan. Jika berlangsung terus-menerus, ini bisa merusak fungsi ginjal dan menyebabkan penumpukan cairan (edema).
Kelebihan garam dalam mie instan juga dapat menaikkan tekanan darah. Retensi cairan akibat gangguan ginjal akan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah, memperbesar risiko hipertensi.
Hipertensi yang tidak dikendalikan akan mempengaruhi kinerja jantung. Pembuluh darah yang rusak bisa memicu serangan jantung dan, dalam jangka panjang, menyebabkan gagal jantung.
Menggabungkan mie instan dengan makanan tertentu bisa memperparah dampak buruk bagi tubuh. Tiga kombinasi berikut sebaiknya dihindari:
Sering dianggap ‘paket hemat’, makan mie instan bersama nasi justru menumpuk asupan karbohidrat sederhana dalam jumlah besar. Ini bisa memicu obesitas dan mempercepat lonjakan gula darah.
Kerupuk dan mie sama-sama tinggi lemak serta garam. Selain itu, keduanya sering mengandung MSG. Kombinasi ini bisa memperbesar risiko tekanan darah tinggi, kolesterol naik, dan gangguan metabolisme.
Kombinasi yang kerap dijumpai di warung kopi ini sebenarnya berisiko tinggi. Kornet dan keju merupakan makanan olahan yang mengandung lemak jenuh dan pengawet. Jika dikonsumsi bersamaan dengan mie instan, bisa memicu peradangan dalam tubuh yang menjadi awal dari berbagai penyakit kronis.
Jika sesekali ingin mengonsumsi mie instan, lakukan langkah-langkah berikut untuk mengurangi dampak negatifnya:
Tambahkan sayuran segar (bayam, sawi, wortel) dalam penyajiannya.
Gunakan setengah bumbu saja untuk mengurangi garam.
Lengkapi dengan sumber protein sehat, seperti telur rebus, tahu, atau dada ayam kukus.
Pilih mie instan berbahan dasar gandum utuh dan yang rendah natrium.
Batasi konsumsi mie instan maksimal 1–2 kali dalam sebulan, dan usahakan hanya dalam kondisi darurat atau saat benar-benar tidak ada pilihan lain.
Ingat, mie instan bukan makanan pokok, melainkan makanan darurat yang sebaiknya tidak dijadikan kebiasaan. Jaga pola makan seimbang demi kesehatan jangka panjang.
Tinggalkan Balasan