
naraga.id – Haytham Tabatabai—salah satu tokoh militer paling berpengaruh di tubuh Hizbullah—menjadi korban serangan udara Israel pada Minggu (23/11/2025). Kematian Tabatabai menjadi pukulan besar bagi kelompok tersebut, mengingat ia baru beberapa waktu menjabat sebagai komandan militer tertinggi setelah sejumlah petinggi Hizbullah gugur dalam konflik terbaru dengan Israel.
Serangan yang menewaskan Tabatabai terjadi meski telah ada kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani pada November 2024. Sejak itu, Israel tetap melancarkan operasi udara ke wilayah Lebanon, dengan klaim menargetkan fasilitas dan anggota Hizbullah.
Hizbullah secara resmi mengumumkan kematian Tabatabai dan menyebutnya sebagai salah satu “komandan besar” mereka.
Sebelum memimpin struktur militer Hizbullah, seorang sumber internal menyebut Tabatabai pernah mengemban tugas penting mengawasi operasi kelompok itu di Yaman. Ia juga diketahui memiliki rekam jejak panjang di Suriah, di mana Hizbullah mendukung pemerintahan Bashar al-Assad selama konflik berkepanjangan.
Serangan udara yang menewaskannya menghantam sebuah gedung apartemen di kawasan padat penduduk di selatan Beirut—wilayah yang dikenal berada dalam pengaruh kuat Hizbullah. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa selain Tabatabai, lima orang lainnya tewas dan 28 orang terluka dalam insiden tersebut.
Tabatabai, yang memiliki ayah berkebangsaan Iran dan ibu warga Lebanon, mengantongi kewarganegaraan Lebanon. Namanya telah masuk daftar sanksi Amerika Serikat sejak 2016. Departemen Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris, sementara Departemen Keuangan AS pernah mengumumkan hadiah hingga USD 5 juta bagi siapa pun yang memberikan informasi terkait keberadaannya. Di kalangan tertentu, ia juga dikenal dengan nama Abu Ali Tabatabai.
Washington menggambarkannya sebagai figur kunci yang memimpin operasi Hizbullah di Suriah dan Yaman. Militer Israel juga menyatakan bahwa Tabatabai merupakan anggota veteran Hizbullah sejak era 1980-an dan pernah mengisi sejumlah jabatan strategis, termasuk kepala operasi Hizbullah di Suriah.
Hizbullah serta kelompok Houthi di Yaman kerap disebut sebagai bagian dari “poros perlawanan” yang dipimpin Iran. Laporan PBB pada 2024 menyebut Hizbullah sebagai salah satu pendukung utama Houthi, termasuk dalam pelatihan para pejuang mereka di Iran maupun di fasilitas Hizbullah di Lebanon.
Selain Tabatabai, Israel dalam beberapa tahun terakhir telah menghabisi sejumlah tokoh besar Hizbullah, seperti Ibrahim Aqil dari unit elite Radwan serta Ali Karake, salah satu komandan senior yang menempati posisi penting dalam struktur militer kelompok tersebut.
Tinggalkan Balasan