naraga.id – Pada masa Perang Dunia II, dua kota di Jepang—Hiroshima dan Nagasaki—menjadi saksi kehancuran akibat bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat pada tahun 1945. Di balik terciptanya senjata pemusnah massal tersebut, terdapat seorang ilmuwan bernama J. Robert Oppenheimer, tokoh sentral dalam pengembangan bom atom.
Robert Oppenheimer, yang memiliki nama lengkap Julius Robert Oppenheimer, lahir di New York pada 22 April 1904. Ia menempuh pendidikan tinggi di bidang fisika dan meraih gelar doktor dari Universitas Göttingen di Jerman pada tahun 1927, sebuah institusi ternama dalam riset ilmu pengetahuan saat itu.
Karier akademiknya berkembang pesat hingga akhirnya pada 1936, ia dipercaya menjadi profesor fisika di Universitas California. Namun, peran paling signifikan dalam hidupnya dimulai ketika ia direkrut untuk bergabung dalam Proyek Manhattan pada tahun 1942, sebuah program rahasia Amerika Serikat untuk mengembangkan senjata nuklir.
Puncak dari proyek ini adalah uji coba bom yang diberi nama “Trinity”, yang berlangsung pada 16 Juli 1945.
Beberapa minggu setelah uji coba tersebut, bom ‘Little Boy’ dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus, disusul ‘Fat Man’ di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Kedua peristiwa ini menjadi satu-satunya penggunaan bom nuklir dalam konflik militer hingga saat ini.
Menjelang akhir hayatnya, Oppenheimer didiagnosis menderita kanker tenggorokan pada 1965. Ia wafat pada 18 Februari 1967, meninggalkan warisan yang penuh kontroversi: kontribusi besar dalam sains, sekaligus luka sejarah yang mendalam.
Tinggalkan Balasan