naraga.id – Ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran berpotensi memberi tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Meski pada awal perdagangan Senin pagi (16/6/2025) rupiah menunjukkan penguatan tipis, analis pasar uang Lukman Leong menilai situasi global masih membayangi stabilitas mata uang domestik.
Menurut data Bloomberg, rupiah tercatat menguat tipis sebesar 0,01 persen ke level Rp16.302 per dolar AS, naik satu poin dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp16.303 per dolar AS.
“Peningkatan eskalasi konflik di Timur Tengah mendorong sentimen ‘risk-off’ di pasar keuangan global. Investor cenderung menghindari aset berisiko dan memilih aset safe haven seperti dolar AS,” jelas Lukman.
Selain faktor geopolitik, pergerakan harga minyak dunia yang cenderung naik juga menjadi faktor eksternal yang menekan rupiah. Meski demikian, Lukman menambahkan, sentimen positif datang dari rilis data ekonomi Tiongkok yang menunjukkan hasil di atas ekspektasi.
Bloomberg melaporkan bahwa penjualan ritel di Tiongkok pada Mei 2025 tumbuh 6,4 persen, laju tertinggi sejak akhir 2023, sekaligus memberikan dorongan kepercayaan di tengah ketidakpastian global.
Di sisi lain, meskipun sektor industri Tiongkok melambat, produksinya tetap tumbuh sebesar 5,8 persen pada bulan yang sama, membantu menahan tekanan pada mata uang emerging markets termasuk rupiah.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Lukman memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif dalam kisaran Rp16.200 hingga Rp16.350 per dolar AS dalam waktu dekat.
Tinggalkan Balasan