naraga.id – Hamas meragukan niat tulus Israel dan Amerika Serikat dalam ajakan gencatan senjata yang diumumkan Gedung Putih, Kamis (29/5/2025). Menurut kelompok pejuang Palestina tersebut, tawaran gencatan senjata 60 hari hanyalah upaya politik yang tak disertai perubahan nyata di lapangan.
“Selama Israel masih membombardir Gaza dan memblokir bantuan kemanusiaan, tak ada makna dalam kata ‘gencatan senjata’,” ujar pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, dalam wawancara dengan Reuters, Jumat (30/5/2025).
Sami menilai proposal yang diajukan tidak menjamin perdamaian jangka panjang dan justru menyamarkan agresi militer Israel yang terus berlangsung. “Batasan waktu dalam gencatan itu hanya bentuk ketidakseriusan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Hamas menolak syarat yang mengharuskan mereka menyerah dan meletakkan senjata. Mereka menyatakan baru akan menghentikan perlawanan jika Israel angkat kaki dari wilayah Palestina dan membuka jalur bantuan tanpa syarat.
Hamas sebelumnya bahkan mengusulkan gencatan senjata jangka panjang hingga lima tahun, disertai pembebasan sandera. Namun, usulan itu tak mendapat respons sepadan dari Tel Aviv maupun Washington.
Bagi Hamas, gencatan senjata sejati harus dimulai dari penghentian agresi, bukan syarat sepihak yang membatasi hak mereka untuk mempertahankan diri. “Selama penjajahan terus terjadi, perdamaian hanyalah ilusi,” pungkas Sami.
Tinggalkan Balasan