naraga.id – Paris Saint-Germain dan Inter Milan bertemu di final Liga Champions 2025—sebuah bentrokan perdana yang akan diukir dalam sejarah di Allianz Arena, Jerman. Pukul 02.00 WIB, sepak mula akan jadi pertanda dimulainya drama paling megah dalam jagat sepak bola Eropa.
PSG datang membawa ambisi yang belum lunas. Luka kekalahan dari Bayern Munich di final 2020 masih membekas. Kini, di bawah arahan Luis Enrique, mereka hadir dengan komposisi pemain yang matang—mulai dari Marquinhos, Hakimi, hingga duet maut Dembele dan Kvaratskhelia.
Sementara itu, Inter Milan, tim bermental juara, kembali berburu kejayaan yang telah lama mereka tinggalkan sejak 2010. Di bawah asuhan Simone Inzaghi, mereka bangkit dari trauma kekalahan di final 2023 dan datang dengan skuad tangguh, mulai dari Lautaro-Thuram di lini depan, hingga Pavard dan Bastoni di belakang.
PSG dikenal dengan kecepatan dan daya ledak ofensifnya—33 gol sepanjang UCL musim ini, termasuk delapan dari Dembele. Tapi Inter, meski tak seproduktif itu, membangun kekuatan dari kekokohan: hanya kebobolan 11 gol, dan menggulung lawan-lawan kuat seperti Bayern dan Barcelona.
Pertarungan ini bukan sekadar soal strategi. Ini tentang mental. Jika PSG ingin menyegel kemenangan lebih awal, mereka harus mencetak gol cepat. Tapi Inter punya senjata yang selalu ampuh di momen genting: serangan balik, ketahanan, dan ketenangan menghadapi tekanan.
Jika tak ada pemenang dalam 90 menit, jangan kaget jika duel ini berakhir lewat babak adu penalti yang menguras nyali. Inilah duel dua karakter: seni menyerang vs seni bertahan. Surga bagi yang menang, luka lama bagi yang kalah.
Tinggalkan Balasan