Fenomena Bendera One Piece Menjelang HUT RI: Antara Ekspresi Budaya Pop dan Sensitivitas Nasional

By 1 bulan lalu 3 menit membaca

naraga.id – Jelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, jagat media sosial dan ruang publik diwarnai fenomena tak biasa: bendera bajak laut dari serial anime One Piece berkibar di sejumlah wilayah Indonesia. Simbol Jolly Roger—berbentuk tengkorak bertopi jerami yang identik dengan tokoh utama Luffy—terlihat berdampingan dengan bendera Merah Putih, bahkan di beberapa lokasi resmi seperti sekolah dan kantor desa.

Fenomena ini memantik diskusi publik yang luas. Di satu sisi, banyak kalangan melihatnya sebagai bentuk antusiasme generasi muda terhadap budaya populer global. Di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa aksi ini bisa mengaburkan makna simbol negara dan nilai-nilai kebangsaan, terutama di tengah momen sakral kemerdekaan.


Dari Media Sosial ke Dunia Nyata

Awal viralnya bendera One Piece terjadi di awal Agustus 2025. Sejumlah unggahan memperlihatkan warga mengibarkan bendera Jolly Roger di rumah, sekolah, hingga ruang publik. Beberapa dari mereka bahkan menggabungkan bendera bajak laut tersebut dengan Merah Putih sebagai simbol “semangat kebebasan” menjelang peringatan 17 Agustus.

Tanpa ada koordinasi terpusat, fenomena ini menyebar cepat, terutama lewat komunitas penggemar anime di berbagai daerah. Hashtag seperti #BenderaOnePiece dan #StrawHatIndonesia sempat menjadi trending di X (sebelumnya Twitter), memunculkan reaksi beragam.


Respon Beragam: Kreativitas atau Ancaman?

Pihak pemerintah dan aparat keamanan menyatakan keprihatinannya. Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, menilai pengibaran bendera non-negara pada momen kenegaraan bisa memicu disintegrasi. Ia menegaskan, hanya bendera Merah Putih yang sah dikibarkan dalam konteks perayaan kemerdekaan.

Polda Banten bahkan mengeluarkan peringatan resmi: bendera non-nasional tidak boleh dikibarkan dalam upacara 17 Agustus. Kepala BIN Budi Gunawan menambahkan bahwa penggunaan simbol asing untuk menggantikan lambang negara dapat dikenai sanksi hukum sesuai perundang-undangan.

Sementara itu, Menteri Hukum dan HAM menyebut bahwa polemik ini telah sampai ke forum internasional, termasuk PBB, dalam konteks pembahasan simbol kenegaraan dan penghormatan terhadap identitas nasional.


Dukungan dari Sebagian Tokoh

Namun, tak semua suara bernada kritis. Ketua MPR Ahmad Muzani justru menilai fenomena ini sebagai bentuk kreativitas anak muda yang perlu diarahkan, bukan ditekan. Ia menyebut generasi masa kini punya cara tersendiri mengekspresikan nasionalisme.

Wali Kota Solo Respati Ardi pun menganggap bendera One Piece “menarik secara visual” dan masih bisa ditoleransi selama tidak menggantikan atau mengganggu posisi bendera negara.


Ketegangan di Lapangan

Ketegangan tak hanya terjadi di media sosial. Di Tuban, seorang warga mengaku didatangi aparat TNI setelah mengibarkan bendera One Piece di halaman rumahnya. Ia diminta menurunkan bendera tersebut karena dinilai tidak sesuai dengan etika peringatan kemerdekaan.

Sejumlah politisi juga mengecam aksi ini sebagai bentuk “ketidaksensitifan sejarah”. Menurut anggota MPR dari PKB, tindakan tersebut bisa mencederai semangat perjuangan bangsa, apalagi jika dilakukan tanpa pemahaman konteks.


Simbol Pop dalam Sorotan Nasional

Bendera Jolly Roger dalam konteks One Piece memang telah lama menjadi simbol keberanian, petualangan, dan solidaritas antar penggemar anime. Namun, dalam ruang publik Indonesia, terutama menjelang Hari Kemerdekaan, simbol tersebut menimbulkan pertanyaan besar tentang batas antara kebebasan berekspresi dan penghormatan terhadap lambang-lambang resmi negara.

Fenomena ini menjadi bahan diskusi serius di kalangan akademisi, pengamat budaya pop, hingga pakar hukum tata negara. Banyak yang menilai peristiwa ini sebagai cerminan dinamika baru antara generasi muda, media sosial, dan identitas nasional di era globalisasi digital.


Masih Akan Berlanjut?

Dengan Hari Kemerdekaan tinggal hitungan hari, polemik ini diprediksi akan terus bergulir. Pemerintah tengah mempertimbangkan regulasi lebih tegas soal penggunaan simbol non-negara dalam ruang publik, sementara komunitas penggemar menyerukan dialog terbuka agar ekspresi budaya tidak langsung dicap sebagai ancaman nasionalisme.

Fenomena bendera One Piece mungkin hanya satu dari sekian tanda bahwa lanskap ekspresi generasi muda Indonesia tengah berubah—dan negeri ini dituntut siap berdialog, bukan sekadar bereaksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Fenomena Bendera One Piece Menjelang HUT RI: Antara Ekspresi Budaya Pop dan Sensitivitas Nasional - Ruang Wawasan Cerdas | naraga.id
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%