naraga.id — Nilai tukar rupiah diperkirakan masih memiliki ruang untuk menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (12/6/2025), setelah mencatat apresiasi tipis 15 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp16.260 per dolar AS pada penutupan Rabu.
Analis pasar uang Ariston Tjendra menyebut penguatan rupiah ditopang oleh rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari proyeksi pasar. Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2025 hanya naik 0,1 persen secara bulanan, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan 0,2 persen.
“IHK AS yang di bawah ekspektasi pasar memberikan tekanan pada dolar, sehingga mendukung penguatan mata uang emerging market seperti rupiah,” kata Ariston.
Secara tahunan, inflasi AS untuk Mei tercatat sebesar 2,4 persen, sedikit naik dari April yang berada di 2,3 persen. Namun, angka ini tetap lebih rendah dari estimasi pasar sebesar 2,5 persen.
Menurut Ariston, tren inflasi yang melambat membuka peluang bagi Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Saat ini, suku bunga acuan AS masih ditahan di kisaran 4,25–4,50 persen sejak awal tahun.
“Peluang pemangkasan suku bunga menjadi sentimen positif bagi rupiah. Hari ini rupiah berpotensi bergerak menuju level Rp16.200 per dolar, dengan area resistansi berada di sekitar Rp16.300,” jelasnya.
Penguatan nilai tukar rupiah ini juga dinilai sebagai respons pasar terhadap ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS, yang dapat meredam tekanan terhadap mata uang negara berkembang.
Dengan latar belakang kondisi eksternal yang lebih kondusif, pelaku pasar akan mencermati pernyataan lanjutan dari pejabat The Fed dan data ekonomi lainnya untuk mengonfirmasi arah kebijakan moneter AS ke depan.
Tinggalkan Balasan