Bung Karno Diakui Dunia sebagai Tokoh Islam Progresif dan Pemimpin Revolusioner

By 1 bulan lalu 2 menit membaca

naraga.idNama Ir. Soekarno atau Bung Karno kembali mendapat sorotan dalam peringatan haul ke-55 wafatnya, yang digelar DPP PDI Perjuangan bersama Pimpinan Pusat Baitul Muslimin Indonesia (PP Bamusi) di Masjid At-Taufiq, Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (21/6). Dalam acara tersebut, Bung Karno tak hanya dikenang sebagai proklamator dan pendiri bangsa, tapi juga sebagai pemikir besar dalam dunia Islam.

Nasirul Falah Amru atau Gus Falah, Wakil Ketua Umum PP Bamusi, menyebut Bung Karno sebagai sosok santri modern yang berpikiran terbuka dan menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Menurutnya, semangat keilmuan Bung Karno membentuk pandangan keislamannya yang inklusif dan progresif.

“Bung Karno belajar dari tokoh-tokoh besar seperti KH Hasyim Asy’ari dan HOS Tjokroaminoto. Dari sanalah lahir pemikiran Islam yang membumi namun tetap menjangkau dunia,” ujar Gus Falah.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Prof. Muhammad Amin Abdullah, Ketua Dewan Pakar Majelis Pemberdayaan Kader Syiar Dakwah Islam (MPKSDI) PP Muhammadiyah. Ia menilai sosok Bung Karno dihormati dunia karena empat peran kunci yang ia emban: sebagai Proklamator, Penggali Pancasila, Presiden Pertama Republik Indonesia, dan Pembaharu Pemikiran Islam.

“Bung Karno bukan hanya membebaskan Indonesia dari penjajahan. Ia juga menginspirasi perjuangan kemerdekaan lebih dari 40 negara di Asia dan Afrika,” jelas Amin Abdullah, yang juga mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga.

Di ranah internasional, pemikiran Bung Karno bahkan mendapatkan tempat istimewa. Dalam Sidang Umum PBB 1960, pidatonya yang terkenal berjudul To Build The World a New menggugah perhatian dunia, menempatkan dirinya sebagai pemimpin dari Timur yang bersuara keras untuk keadilan global.

Sebagai tokoh Islam, Bung Karno dikenal berani menyuarakan rasionalitas dan menentang praktik keagamaan yang dianggap feodalistik atau irasional. “Ia menyerukan Islam yang dinamis, menolak taklid buta, dan membuka ruang pemikiran kritis. Dulu Bung Karno mengkritisi istilah sayyid dan khalifah. Kini justru istilah-istilah itu muncul kembali dalam bentuk yang lain,” ujar Amin menyinggung perkembangan keagamaan mutakhir.

Acara haul tersebut juga dihadiri oleh tokoh-tokoh penting lainnya seperti Ketua PBNU KH Miftah Faqih dan Ketua DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah. Dalam sambutannya, Basarah menegaskan pentingnya terus mengenang dan merawat warisan pemikiran Bung Karno.

“Banyak bangsa lain yang menjunjung tinggi jasa dan nama Bung Karno. Namanya diabadikan di berbagai tempat, dari jalan utama hingga taman dan bangunan publik. Ironis kalau bangsanya sendiri sampai lupa,” kata Basarah.

Haul ke-55 Bung Karno bukan sekadar peringatan wafat seorang tokoh, tapi juga ajakan untuk merenungkan kembali nilai-nilai perjuangan dan pemikiran yang ia tinggalkan. Sebuah warisan intelektual dan kebangsaan yang tetap relevan di tengah tantangan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Bung Karno Diakui Dunia sebagai Tokoh Islam Progresif dan Pemimpin Revolusioner - Ruang Wawasan Cerdas | naraga.id
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%