
naraga.id – Armada Global Sumud resmi melanjutkan pelayarannya dari pesisir Pulau Kreta, Yunani, menuju Jalur Gaza dalam tahap akhir misinya. Meski salah satu kapal utama mengalami kerusakan mesin, para peserta menegaskan tetap berkomitmen untuk meneruskan perjalanan kemanusiaan tersebut.
Dikutip dari Anadolu, Sabtu (27/9/2025), para peserta kini dialihkan ke sejumlah kapal lain — baik berukuran besar maupun kecil — agar misi tetap dapat berjalan. Mereka membawa serta kemampuan teknis, komunikasi, serta dukungan diplomatik untuk menjaga koordinasi di tengah situasi yang menantang.
Pusat komando armada masih beroperasi secara aktif. Penyelenggara memperkirakan seluruh kapal akan tiba di wilayah Gaza dalam kurun waktu lima hingga delapan hari, tergantung kondisi cuaca dan keamanan laut.
Thiago Avila, salah satu koordinator misi, menyebut Kreta sebagai pelabuhan aman terakhir sebelum menembus wilayah blokade. Ia menuturkan bahwa seluruh peserta diberikan kesempatan untuk mundur atau tetap melanjutkan perjalanan, namun tidak satu pun yang memilih meninggalkan misi.
“Semua peserta memutuskan untuk tetap berlayar. Ini menunjukkan komitmen moral mereka terhadap rakyat Gaza,” ujarnya.
Armada Global Sumud beranggotakan sekitar 50 kapal yang berangkat sejak awal September. Tujuan utamanya adalah mengirimkan bantuan kemanusiaan, terutama obat-obatan dan perlengkapan medis, kepada warga sipil di Jalur Gaza yang terdampak krisis berkepanjangan akibat blokade.
Sebagai bentuk dukungan keamanan, Angkatan Laut Spanyol dilaporkan mengerahkan satu kapal perang dari pelabuhan Cartagena setelah sebelumnya terjadi serangan drone terhadap beberapa kapal armada. Langkah ini menambah dukungan militer dari Italia yang lebih dulu mengirim fregat untuk melindungi warga negaranya yang ikut serta dalam misi tersebut.
Armada Global Sumud merupakan inisiatif lintas negara yang melibatkan partisipan dari Eropa, Afrika Utara, hingga Timur Tengah, termasuk Italia, Yunani, dan Tunisia. Penyelenggara menegaskan bahwa tidak ada satu pun peserta yang menarik diri, meskipun risiko di laut cukup tinggi.
“Semangat solidaritas internasional menjadi kekuatan utama kami. Tidak ada yang menyerah, karena semua tahu bahwa misi ini membawa harapan bagi mereka yang terperangkap di Gaza,” tutur Avila.
Tinggalkan Balasan