naraga.id – Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) mengambil langkah strategis dalam menghadapi tantangan dan peluang industri otomotif berbasis energi terbarukan. Bersama Beifang Automotive Education Group dari Tiongkok, Unpar membuka peluang besar bagi mahasiswanya untuk belajar langsung dari negara yang kini menjadi pionir kendaraan listrik dunia.
Kerja sama ini bukan sekadar pertukaran pelajar, tetapi bagian dari upaya sistematis untuk membangun fondasi sumber daya manusia yang mumpuni di sektor kendaraan energi baru seperti listrik dan hidrogen. Menyadari bahwa industri otomotif tengah bergerak cepat menuju era bebas bensin, Rektor Unpar, Tri Basuki Joewono menegaskan pentingnya pendidikan tinggi untuk merespons dengan sigap.
“Pasar berkembang sangat cepat. Kita butuh SDM yang bisa beradaptasi dan menguasai teknologi masa depan, termasuk kendaraan ramah lingkungan,” ujar Tri dalam sebuah diskusi di Bandung, Senin (26/5/2025).
Lewat kolaborasi ini, para mahasiswa Unpar akan diberi kesempatan mengikuti pelatihan langsung di fasilitas pendidikan otomotif Beifang di China. Beberapa dosen pun telah lebih dulu mengunjungi institusi tersebut, mengamati sistem pendidikan vokasi dan pelatihan teknis yang diterapkan dalam pengembangan mobil listrik dan teknologi baterai.
Menurut Tri, keunggulan Beifang bukan hanya dari teknologinya, tapi juga dari metode pengajarannya yang aplikatif.
“Transfer teknologi akan lebih efektif jika ada kerja sama lintas negara seperti ini,” katanya.
Tri juga menyoroti kendala yang kerap dihadapi institusi pendidikan di Indonesia: terbatasnya fasilitas praktik karena mahal dan langkanya peralatan. Selain itu, kemitraan antara kampus dan industri belum berjalan optimal. Kondisi ini membuat Indonesia rawan tertinggal, terutama dalam bidang strategis seperti desain baterai, sistem kontrol pintar, hingga layanan purna jual kendaraan.
Qin Jianling, konsultan dari Beifang Automotive Education Group, menambahkan bahwa Indonesia dan negara-negara ASEAN kini berada di titik penting sebagai pusat pertumbuhan kendaraan energi terbarukan. Dengan kehadiran raksasa otomotif seperti BYD yang telah membangun pabrik di Indonesia, kebutuhan akan teknisi dan insinyur lokal menjadi sangat krusial.
“Indonesia punya potensi besar, terutama karena usia penduduknya mayoritas produktif. Ini adalah kekuatan yang harus dimanfaatkan,” tutur Qin.
Sementara itu, Direktur Utama PT Karya Bakti Parahyangan, Doddi Yudianto, menggarisbawahi pentingnya pelatihan yang dibarengi dengan sistem sertifikasi nasional. Menurutnya, ini akan menciptakan standar baru bagi tenaga kerja di sektor otomotif dan mencegah proyek investasi gagal karena kekurangan SDM berkualitas.
Unpar sendiri telah merancang forum diskusi yang melibatkan pelaku industri, pemerintah daerah, mahasiswa, hingga siswa SMK. Tujuannya jelas: mempertemukan kebutuhan industri dengan kesiapan pendidikan.
“Kita tidak bisa menunggu lagi. Kendaraan listrik sudah hadir di depan mata. Anak muda harus siap, bukan hanya sebagai pengguna, tapi juga sebagai pencipta dan perawat teknologinya,” ujar Doddi.
Ia pun berharap pemerintah segera merancang peta jalan jangka panjang untuk pengembangan tenaga kerja di sektor ini. “Pelatihan-pelatihan teknis harus dibuka lebih luas. Pemerintah dan sektor swasta harus berjalan bersama,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan