Persaingan Transportasi Online di Indonesia: Dari Duopoli hingga Gempuran Pemain Baru

By 1 jam lalu 2 menit membaca

oleh : Tata Thea

naraga.idKehadiran transportasi online di Indonesia diawali oleh aplikasi Uber. Tak lama kemudian, dua pemain besar lainnya, Grab dan Gojek, turut meramaikan pasar. Namun, dinamika industri ini berubah signifikan ketika Uber memutuskan untuk menjual saham operasionalnya di kawasan Asia Tenggara kepada Grab pada tahun 2018. Keputusan ini secara efektif menciptakan duopoli pasar transportasi online di Indonesia, yang sejak saat itu didominasi oleh Grab dan Gojek.

Selama beberapa tahun, keduanya menikmati dominasi pasar dengan skema potongan biaya layanan yang relatif tinggi, mencapai hingga 30 persen, baik kepada pengemudi maupun mitra usaha. Namun, lanskap kompetisi mulai berubah ketika pemain baru seperti Maxim dan InDriver masuk ke pasar Indonesia.

Strategi yang diterapkan oleh dua pendatang baru ini cukup berbeda. Maxim dan InDriver datang dengan menawarkan tarif yang lebih murah kepada konsumen, potongan komisi yang lebih rendah kepada pengemudi, serta menjanjikan volume order yang lebih tinggi.

Pendekatan ini rupanya berhasil menarik perhatian banyak pengemudi yang sebelumnya bergabung dengan Grab dan Gojek, terutama karena potensi pendapatan yang lebih besar.

Data di lapangan menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam jumlah pesanan yang diterima oleh Grab dan Gojek di sejumlah wilayah.

Hal ini memaksa kedua raksasa aplikasi tersebut untuk melakukan penyesuaian strategi, salah satunya dengan menghadirkan fitur “ongkos hemat” guna mempertahankan basis pelanggan mereka.

Namun, langkah ini menimbulkan dampak lain di sisi mitra pengemudi. Banyak pengemudi Grab dan Gojek mengeluhkan penurunan penghasilan harian mereka, sementara beban kerja justru meningkat. Beberapa di antaranya bahkan mengaku harus bekerja lebih dari 12 jam per hari demi memenuhi kebutuhan hidup.

Situasi ini juga terlihat di kawasan wisata seperti Pangandaran. Berdasarkan pengamatan di lapangan, untuk rute dari Masjid Agung Pangandaran ke Kampung Turis, tarif Grab tercatat sebesar Rp19.000, dengan estimasi pendapatan pengemudi hanya sekitar Rp12.000.

Sementara itu, InDriver mematok tarif Rp30.000 untuk rute serupa, dengan estimasi penghasilan pengemudi mencapai Rp27.000. Perbedaan signifikan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengemudi.

Melihat kondisi tersebut, penting bagi Grab dan Gojek untuk segera melakukan evaluasi terhadap model bisnis dan skema bagi hasil mereka. Jika tidak, ada risiko semakin banyak mitra pengemudi yang beralih ke platform kompetitor yang menawarkan keuntungan lebih besar, yang pada akhirnya dapat menghambat ekspansi dan kinerja perusahaan di wilayah strategis seperti Pangandaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Persaingan Transportasi Online di Indonesia: Dari Duopoli hingga Gempuran Pemain Baru - Ruang Wawasan Cerdas | naraga.id
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%