UNPAR Gelar Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Berbasis Gender: Dorong Aksi Bersama Akhiri Kekerasan Digital terhadap Perempuan

By 20 jam lalu 3 menit membaca

naraga.id — Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) menggelar rangkaian acara Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Berbasis Gender, sebuah gerakan global yang bertujuan meningkatkan kesadaran publik mengenai isu kekerasan terhadap perempuan.

Kegiatan ini hasil kolaborasi Unpar Bandung, Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Unpar, SAFEnet, serta Jaringan Mitra Perempuan Bandung. Bersama-sama, mereka mengusung tema internasional “UNiTE to End Digital Violence Against All Women and Girls.”

Acara yang diselenggarakan pada 5 Desember 2025 ini menyoroti semakin menguatnya fenomena kekerasan gender berbasis digital, mulai dari doxing, pelecehan daring, penyebaran konten intim tanpa persetujuan, hingga perundungan di media sosial. Dunia digital yang kian cepat berkembang menuntut kesadaran dan kesiapsiagaan semua pihak dalam menciptakan ruang aman bagi perempuan dan anak perempuan.

Rektor Unpar: “Setiap dari kita hadir untuk sesama”

Dalam sambutannya, Rektor Unpar, Prof. Ir. Tri Basuki Joewono, Ph.D menekankan pentingnya solidaritas dan kepekaan sosial dalam menghadapi tantangan kekerasan digital yang terus berkembang.

“Acara ini mengingatkan bahwa setiap orang hadir untuk sesama. Semoga kegiatan ini dapat terus dibuat. Pribadi kita penting untuk kebaikan orang lain,” ujarnya di hadapan peserta kegiatan.

Beliau menambahkan bahwa dunia tengah mengalami perubahan besar, terutama dalam perkembangan teknologi digital. Transisi ini menuntut adaptasi cepat, kesadaran etis yang kuat, dan kemampuan memahami risiko-risiko baru yang muncul.

“Dunia berubah, terutama dunia digital. Kita siap juga untuk menanggapi perubahan tersebut. Semoga kita semua jadi pejuang menuju dunia yang lebih baik,” tambahnya.

Pameran Karya Mahasiswa: Suara Kreatif Menentang Kekerasan Digital

Salah satu bagian utama dari kegiatan ini adalah pameran karya mahasiswa yang menampilkan hasil karya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), khususnya dari Program Studi Hubungan Internasional dan Administrasi Publik, serta karya mahasiswa dari bidang Humanitas Fakultas Filsafat.

Melalui poster, instalasi visual, foto esai, hingga karya multimedia, para mahasiswa mengekspresikan keresahan, harapan, dan ajakan untuk menghentikan kekerasan berbasis gender, terutama di ranah digital.

Banyak karya menyoroti bagaimana teknologi komunikasi modern dapat menjadi ruang subur bagi kekerasan siber apabila tidak diimbangi dengan literasi digital dan empati sosial. Sejumlah karya lain menggambarkan pengalaman perempuan yang menjadi korban kekerasan daring, serta mengajak publik untuk berperan aktif melindungi hak dan keselamatan mereka.

Sesi Pemaparan Materi

Rangkaian kampanye semakin kaya dengan kehadiran beberapa lembaga yang selama ini berfokus pada isu hak digital dan perlindungan korban kekerasan. Perwakilan SAFEnet memberikan pemaparan mengenai bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender online, pola eskalasinya, serta strategi perlindungan diri di dunia maya.

Mereka menekankan bahwa korban kekerasan digital sering kali tidak mendapat pengakuan memadai karena banyak pihak belum memahami dampak psikologis dan sosial yang ditimbulkan.

Selain itu, dipaparkan juga langkah antisipatif yang bisa dilakukan dalam mencegah penyalahgunaan data digital yang acapkali tidak disadari.

Sementara itu, Satgas PPKS Unpar membahas mekanisme pelaporan serta pendampingan bagi mahasiswa yang mengalami kekerasan seksual, baik di ruang fisik maupun digital.

Edukasi mengenai prosedur ini dipandang penting agar mahasiswa mengetahui bahwa kampus menyediakan sistem perlindungan yang jelas dan aksesibel.

Materi lain disampaikan oleh LBH Pengayoman Unpar, yang menyoroti aspek hukum terkait kekerasan berbasis gender, termasuk regulasi terbaru mengenai keamanan digital dan perlindungan korban. Pemaparan ini membantu peserta memahami hak-hak hukum mereka serta langkah yang dapat diambil apabila menjadi korban.

Aksi Kolektif Melawan Kekerasan Digital

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Berbasis Gender di Unpar tahun ini menjadi contoh sinergi antara komunitas kampus, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga pendampingan.

Kolaborasi ini menunjukkan bahwa isu kekerasan digital hanya dapat diatasi melalui kerja sama lintas sektor dan dukungan kolektif.

Melalui pameran, edukasi, dan ruang dialog yang dihadirkan, seluruh peserta diajak untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor perubahan dalam menciptakan dunia digital yang aman bagi semua perempuan dan anak perempuan.

Dengan semangat “UNiTE,” kegiatan ini menegaskan bahwa perjuangan mengakhiri kekerasan gender berbasis digital adalah tugas bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


UNPAR Gelar Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Berbasis Gender: Dorong Aksi Bersama Akhiri Kekerasan Digital terhadap Perempuan - Ruang Wawasan Cerdas | naraga.id
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%