naraga.id – Ketegangan geopolitik yang meningkat antara Iran dan Israel diprediksi menjadi salah satu faktor penghambat langkah Federal Reserve (The Fed) untuk segera menurunkan suku bunga acuan. Selain ketidakpastian kebijakan ekonomi dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, eskalasi konflik di Timur Tengah turut menambah tekanan terhadap kondisi ekonomi global.
Serangan Israel terhadap sejumlah instalasi militer dan nuklir Iran telah memicu lonjakan tajam harga minyak dunia. Kenaikan harga komoditas energi ini menimbulkan kekhawatiran baru akan potensi peningkatan inflasi, yang menjadi salah satu pertimbangan utama The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya.
“Jika ketegangan terus berlanjut dan harga minyak tetap tinggi, ini bisa memperumit situasi bagi The Fed, terutama di tengah tekanan dari kebijakan tarif yang belum sepenuhnya berdampak,” ujar Robert Sockin, ekonom global dari Citigroup, seperti dikutip dari CNN International, Minggu (15/6/2025).
Menurut Sockin, bank sentral AS cenderung menahan diri untuk tidak segera melonggarkan kebijakan moneter, mengingat masih berlangsungnya evaluasi atas dampak kebijakan fiskal dan perdagangan terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Penurunan Suku Bunga Kemungkinan Diundur
Kondisi inflasi yang masih belum sepenuhnya terkendali membuat prospek pemangkasan suku bunga semakin mundur. Sockin menyebut, peluang penurunan baru mungkin terbuka menjelang akhir tahun, tergantung pada perkembangan harga energi dan tensi geopolitik.
Dalam pandangan Jay Bryson, kepala ekonom Wells Fargo, harga minyak yang terus merangkak naik akan memperkuat tekanan inflasi. Ia juga menilai risiko yang lebih besar muncul apabila konflik Timur Tengah semakin meluas.
Sementara itu, pasar keuangan saat ini mulai mengantisipasi bahwa langkah pemangkasan suku bunga pertama dari The Fed kemungkinan baru akan terjadi pada kuartal keempat, tepatnya Oktober 2025. Proyeksi tersebut akan dikonfirmasi melalui pernyataan resmi bank sentral dalam pertemuan dewan gubernur selama dua hari pekan depan.
Kebijakan Trump Bikin Proyeksi Tak Menentu
Di sisi lain, dinamika kebijakan Presiden Trump, termasuk dalam isu perdagangan dan imigrasi, juga turut mempengaruhi volatilitas ekonomi domestik AS. Perubahan arah kebijakan yang kerap terjadi, khususnya terkait tarif impor, membuat pelaku pasar dan pelaku usaha kesulitan membuat perencanaan ekonomi jangka pendek.
Dengan kombinasi ketidakpastian kebijakan dalam negeri dan tekanan global akibat konflik regional, The Fed kini berada dalam posisi sulit untuk segera menurunkan suku bunga tanpa mempertimbangkan risiko inflasi yang meningkat.
Tinggalkan Balasan